BAB I
PENDAHULUAN
MoraliUngkapan konkret
seksualitas untuk setiap orang berbeda, kerena harus sesuai dengan status hidup
seseorang. Seorang selibater yang telah mempersembahkan hidupnya secara khusus
untuk Tuhan dan umatnya, tentu berbeda cara pengungkapan seksualitas yang
dilakukan oleh pasangan suami-istri.
b. Penghayatan
Pluriform (Beraneka ragam) dari seksualitas:
Frits
Leist: (Seorang ahli Moral Seksualitas) mengatakan: “Manusia bertemu dengan
orang lain selalu dalam horizon seksualitas”. Kenyataan ini berlaku bagi setiap
orang, apapun dia.
Tugas
setiap orang adalah; “Mengada secara manusiawi, yaitu secara badani dan rohani
untuk orang lain”. Karena itu, seksualitas harus mendapat tempat yang
sewajarnya dalam hidup manusia.Artinya; ketika seseorang bertemu dengan orang
lain, maka ia harus mengekspresikan dirinya dengan situasi kepriaan dan
kewanitaan yang ia miliki.
c. Penghayatan seksualitas atas dua cara:
Seksualitas dalam arti: “Mengada secara
jasmani dan rohani untuk orang lain; diungkapkan dalam dua cara:
·
MEMILIH JALAN HIDUP KAWIN.
Dalam pilihan hidup seperti ini; hubungan seksualitas mempunyai
tempat tersendiri; yaitu sebagai suatu ungkapan mengenai ketertarikan total
dari dua pribadi. Menurut kodratnya; hubungan seksual dalam perkawinan meminta
suatu kebersamaan dalam jalan hidup, meminta pula suatu kebersamaan dalam
tanggungjawab.
·
MEMILIH JALAN HIDUP TIDAK
KAWIN/SELIBATER.
Pilihan jalan hidup seperti ini, karena didasari oleh sebuah alas an
yang istimewah atasnya. Bisa saja manusia begitu tertaarik akan olrh Tuhan dan
kedatangan kerajaanNya, sehingga mereka mau membaktikan hidupnya untuk sesama.
Kesimpulan:
1.
Seorang selibater adalah
seorang manusia 100 % pria dan 100 % wanita.
2.
Seorang selibater; bukan
seorang yang terkudung atau manusia yang setengah saja = 50 %
3.
Sebagai seorang manusia,
selibater pun terpanggil untuk memberi diri bagi orang lain secara badaniah dan
rohaniah, sesuai dengan pilihan hidup yang telah ditetapkannya.
4.
Manusia selibater, boleh atau
harus memberi bentuk kepada seksualitasnya.
1.5.2. Kebajikan
Kemurnian/Kesucian:
a. Pengantar:
Ada
dua sikap yang perlu dipahami dalam pembicaraan kita tentang seksualitas:
1.
Segi KREATIF dari seksualitas:
Yang dimaksudkan dengan segi Kreatif dari seksualitas
adalah; segi yang membangun, segi yang membahagiakan orang lain, yang mengarah
kepada paertner, teman, yang ditunjukan dengan sikap: tahu berkorban diri, dan
tahu menahan diri.
2.
Segi DESTRUKTIF dari
seksualitas:
Yang dimaksudkan dengan segi Destruktif adalah; segi
yang merusakan, merendahkan, , yang bermain dengan kuasanya, yang tidak peduli
dengan perasaan sesame, yang hanya mencari keuntungan diri atau bersifat
egoistis.
Kedua
segi ini ada dalam diri kita, ibarat dua mata uang pada logam yang sama. Mau
atau tidak mau, setiap kita mengahadapi kenyataan ini. Tapi dalam kenyataan
hidup, justru yang lebih banyak terjadi adalah: segi destruktif.
Ada
satu hal yang perlu diwaspadai adalah: dalam kehidupan di dunia ini, ada tiga
kekuasaan yang cukup kuat dan bisa saja membawa bencana bagi kehidupan manusia
adalah: SEKS, UANG DAN PANGKAT/KEWIBAWAAN. Ketiga hal ini, boleh diakatakan
sebagai kekuasaan dunia yang mempunyai pengaruh yang sangat besar atas
kehidupan manusia. Katiga kekuasaan ini, begitu kuat mengancam manusia, dan
bisa saja menyeret manusia untuk menjadi hamba atau budak atasnya.
b. Inti
KEMURNIAN:
Untuk
mendalami inti kemurnian: pertanyaan yang mesti menjadi perhatian kita adalah;
“Sikap dasar manakah bagi manusia
dalam menghayati seksualitasnya secara sungguh manusiawi dan sungguh Kristen
secara penuh?”
Jawaban
terhadap pertanyaan ini, diberikan oleh Injil; yang membicarakan “manusia yang
matanya terang dan suci hatinya” (Mat 6:22 dan Mat 5:8). Yang dimaksudkan dengan manusia yang
suci murni adalah manusia yang:
·
Yang tidak bermuka dua
·
Yang bersikap polos
·
Yang utuh
·
Yang bening dan dapat dilihat
tembus
·
Yang bergaul dengan orang lain
dengan sopan-santun.
Sikap dasar yang suci murni, akan mempengruhi seluruh pola laku dan
kehidupan; dalam bidang politik, perekonomian, hidup perkawinan, religius,
hidup seksual dan sebagainya. Tas dasar itu, maka kemurnian mempunyai daya
cakup yang sangat luas.
Selain itu, hal
yang menjadi taget utama dari kemurnian; penguasaan indra oleh Roh, dan
melibatkan seluruh pribadi, yaitu tentang tingkah laku lahir dan bathin.
BAB II
BADAN - SEKSUALITAS
PENDAHULUAN
Untuk memahami peran seksusalitas,
kita perlu melihat dahulu tentang peran dan fungsi badan manusia dalam hubungan
antar pribadi. Hal ini terjadi; karena melalui badan, manusia menghadapi orang
lain dan mengungkapkan perasaan-perasaannya, sehingga badan dapat dikatakan
sebagai jiwa yang menampakan diri, atau bathin yang dinyatakan.
Sikap manusia terhadap seksualitas,
pada umumnya dipengaruhi oleh sikap manusia terhadap badan. Paling kurang kita
perlu memiliki gambaran yang tepat tentang badan, agar kita memiliki sikap yang
seimbang terhadap seksualitas.
Berikut ini kita
akan melihat pandangan sejarah tentang Badan.
2.1. PANDANGAN
PERJANJIAN LAMA TENTANG BADAN.
Dalam konteks Perjanjian lama, kata
yang tepat, yang digunakan dalam ungkapan tentang Badan, menggunakan sebuah
uangkapan Ibrani; “basar”, yang dapat
diterjemahkan dengan; daging, badan, manusia dalam keseluruhannya.
Ungkapan ini,
tidak terarah pada badan saja. Dalam konteks ini, pandangan Ibrani sangat
berbeda dengan pandangan Yunani, yang membagi manusia atas dua hal; yaitu badan
dan jiwa. Kata “Basar” dalam konteks
ibrani ini, sering terarah kepada manusia dalam konteks; pengungungkapan
kelemahan-kelemahan yang dialami oleh manusia. (Bdk Yes 40:5).
2.2. PANDANGAN PERJANJIAN BARU TENTANG BADAN:
Dalam konteks PB, kata yang
digunakan adalah ”Sarks dan sooma”. Iatilah ini dipakai untuk mengungkapkan
tentang manusia secara keseluruhan, tetapi dalam penekanan khusus, yaitu pada
konteks “manusia sejauh manusia itu belum ditebus, atau manusia yang belum
mengalami keselamatan”. Hal ini berbeda dengan ungkapan’”PNEUMA”, dalam artian;
manusia yang telah mengalami penebusan.
Dalam ajaran St. Paulus, ada
beberapa unsur penting mengenai badan:
- Rasul Paulus menekankan soal
kemuliaan Badan;
Dalam konteks ini, bagi Rasul Paulus, badan harus dihargai karena
badan meruapakan pengungkapan seluruh kepribadian. (II Kor 4:10)
- Badan adalah milik Kristus,rumah
Roh Kudus (I Kor 6;13.15.29.20). Dalam dan melalui badan, manusia harus
memuliakan Allah. Tubuh fana tidak akan lenyap karena badan juga akan
dibangkitkan. (I Kor. 15;44-49)
KESIMPULAN
- Pengertian yang terkandung dalam
unfkapan “Sarks”, “Sooma” dan “Pneuma” adalah penjelasan Paulus tentang beberapa aspek diri
manusia. Pertentangan “Jiwa-badan” “Duniawi- surgawi, dll hanya menunjukan
rupa-rupa aspek dari manusia yang sama
- Tetapi penjelasan asli tersebut
kemudian ditafsir oleh penganut filsafat dualistis. Seperti dalam Gal.
5;16-17.24-25, sebenarnya keterangan Paulus tentang gambaran yang berbeda,
tetapi kemudian, karena filsafat Yunani, dianggap sebagai unsur-unsur hidup yang bertentangan dalam manusia. (lihatlah: X Leon Dufour, Dictionary of
Biblical Theology, sub body)
2.3.FILSAFAT YUNANI
A. Gambaran Plato
Plato memiliki keyakinan filosofinya
bahwa manusia adalah seumpama kereta dan pengemudi. Kereta itu badan, dan
pengemudinya jiwa. Badan adalah penjara jiwa. Roh atau “nus” dipenjara,
terbelenggu dalam badan. Keadaan yang paling ideal bagi manusia adalah
terlepasnya jiwa dari badan karena berkontemplasi. Inilah satu gambaran
dikotomis mengenai manusia ( dicho=dua; tomi= potongan, bagian ). Plato adalah
pendasar gagasan dualistis tentang manusia yang juga mempengaruhi pandangan
trasional Kristen
B. Gambaran Plotinus
Dia seorang penganut
“neoplatinismus” lahir di Mesir dalam tahun 203 M. Ia merasa malu karena
mempunyai badan. Ia mengalami badan sebagai sumber penghinaan diri sendiri. Ia
tidak pernah menyebut nama orang tuanya yang telah memberinya badan; tak pernah
berusaha agar badannya bersih dan sehat. Badan adalah kubur jiwa. Badan adalah
unsure jahat, penuh dengan hawa napsu. Cita-cita moralnya : melepaskan diri
dari hawa napsu; menolak perkawinan sebagai hal yang tak baik
C. Gambaran Aristoteles
Jiwa (anima) adalah forma
corporis; gambaranya lebih menjelaskan persatuan jiwa dan badan
GAMBARAN PARA BAPA GEREJA
A.
Ada yang mengikuti gambaran
filsafat Yunani
Seperti : Ireneus, Christostomus, Agustinus (pada masa tuanya).
Beberapa lamanya penjelasan para patres ini diterima sebagai penjelasan
Kristen. Ada sikap permusuhan terhadap badan, Karena itu pula kurang menghargai
seksualitas. Seksualitas berbahaya karena terikat dengan badan. Kepuasan
seksualitas dianggap berbahaya karena mengaburkan jiwa dan melemahkan roh.
Perkawinan ideal adalah perkawinan yang dihayati tanpa kepuasan seksual
B.
Yang mengikuti gambaran biblis
Misalnya Klemens dari Aleksandria (150-215), Agustinus (354-430 pada
masa pertobatannya)
C.
Aliran Manicheistis (pengaruh
Neo-Platonisnus)
Badan adalah jahat, sumber dosa dan Karena itu berbahaya. Akibatnya
seksualitas dipandang remeh. Manicheistis juga mempengaruhi ajaran tradisional
tentang manusia
FILSAFAT MODERN TENTANG BADAN
A.
Kesatuan antara badan dan kepribadian
manusia
Badan manusia tidak sama artinya dengan badan seperti yang dibahas
dalam buku-buku biologi. Bahasa biologi tentang badan adalah bahasa tentang
badan tanpa subyek yang mendukungnya. Jadi sebenarnya bahasa tentang mayat,
bukan tentang badan. Pada hal badan selalu terikat dengan satu pribadi, dengan
satu obyek.
Badan yang konkrit selalu badan yang terikat dengan “ego” tertentu.
Maka badan itu selau merupakan badanku, badan mu, badannya. Tiap badan mewakili
seorang pribadi. Badan adalah saya sepanjang saya makluk jasmani. Kesadaran
tentang kesatuan badan dan pribadi manusia terbukti juga dalam bahasa. Seperti
ungkapan “membawa diri, menarik diri, mundur diri”. Saya adalah badan. Ego sum corpus
B.
Hubungan “Ego” dengan “Badan”
Dalam hal ini ada dua istilah yang berbeda yakni : Ego sum corpus dan Ego habeo corpus”. Memiliki
badan tidak seperti memiliki pemukul, pakaian, tetapi badan sebagai milikku
terikat rapat dengan diriku. Tak ada jarak antara saya denga badanku. Adda
kesatuan erat biar pun berbeda. Eksistensiku begitu rapat, tergantung pada
badanku.
C.
Badan dan dunia sekitar
Badan adalah peralihan antara diri dengan dunia sekitar. Melalui
badan asaya bertemu dengan dunia sekitar. Badan adalah jembatan antara pribadi
dengan dunia sekitar. Aku mencapai dunia sekitar hanya karena badanku. Hanya
badanku maka saya mendapat tempat khusus di dunia ini. Karena badanku maka
diriku memainkan peranan khusus dalam khosmos ini. Karena badan ku maka saya
menguasai dunia.
D.
Badan dan Kontak dengan sesame
Dalam kehidupan manusia penting ada kontak dengan orang lain. Kontak
antara pribadi dan pribadi. Bukan kontak antara badan dan badan saja, karena
kontak manusiawi adalah kontak antar pribadi. Karena itu istilah “bersetubuh” sebenarnya salah, sebab
tidak menunjukan sifat manusiawi dalam kontak itu.
Melalui badanku saya bisa berkontak dengan sesame melalui badannya
pula.badan adalah jembatan peralihan untuk berkontak denga subyek lain. Badan
adalah jembatan alat komunikasi, penerjemah, penampakan konkret. Saya menunjukan
cinta melalui badan, melalui senyuman dan pelukan. Tetapi badan adalah alat
penerjemah yang tidak sempurna, malahan sangat terbatas. Artinya, badan memang
bisa menampakan , memperlihatkan isi hati tetapi hanya sebagian saja. Diri
serta hati bisa bersembunyi di bawah kulit badan. Manusia bisa tersenyum,
tetapi tetapi sebagai senyuman palsu dan pura-pura. Badan tetap alat yang kaku. Karena itu perlu
integrasi dan harmonisasi supaya memberi ekspresi yang lebih baik dan sempurna
bagi kepribadian.
KESIMPULAN
- pandangan filsafat modern tentang
kesatuan badan dan kepribadian sesuai dengan pandangan Kristen. Pandangan
Kristen terhadap badan, termasuk seksualitas, adalah pandangan yang
seimbang diantara pandangan-pandangan ekstrem. Keseimbangannya terutama nahwa
kekristenan di satu pihak tidak menghina atau menganggap remeh (underestimate) segala yang
behubungan dengan badan, seperti pandangan dualisme filsafat yunani dan
manicheisme; tidak bersikap pesimistis yang naïf; tidak membenci dan
menganggap buruk badan manusia. Tetapi dipihak lain, kekristenan juga
tidak mendewa-dewakan badan (overestimate);
tidak menimirsatukan badan atas segala yang lain. Ada optimisme yang real
dan bukan naïf atau palsu karena juga mempertenggangkan keterbukaan
manusia terhadap pengaruh “dosa pusaka” atas seksualitas. Ada resiko dan
bahaya yang bisa menimpa manusia melalui badanya.
- manusia adalah satau kesatuan,
satu totalitas. Itu artinya :
a.
Badan dan jiwa adalah satau
kesatuan yang diciptakan seturut citra Allah. Bukan hanya jiwa citra Allah
melainkan badan dan jiwa sutuhnya citra Allah
b.
Dosa tidak hanya satu
kecelakaan jiwa tetapi kecelakaan manusia. Tak ada “Peccata carnalia” yang ada hanyalah dosa manusia. Demikian pun
keselamatan ilahi tidak saja meliputi jiwa, tetapi seluruh manusia, baik dia
selaku makluk rohani maupun makluk jasmani.
c.
Moralitas Kristen yang
berintikan imitation Christi” bagi
orang Kristen merupakan realisasi dirinya sebagai citra Allah.
Tindakan-tindakan seksual juga merupakan penampakan konkret diri manusia sebagai
citra Allah. Bahkan tindakan seksual meriupakan penampakan wujud Allah karena
itu, penilaian moral terhadap seksual harus positip. Manusia Kristen tidak saja
menyaksikan dirinya sebagai putra/I Allah dalam doa, tindakan kultis atau
perbuatan amal lainnya saja , bukan satu subyek yang utuh.
d.
Kontak/ hubungan antar pribadi
bisa dimungkinkan dengan tindakan-tindakan badani. Artinya, manusia
menerjemahkan kesanggupan-kesanggupan rohaninya lewat badannya. Dalam diri
manusia ada rupa-rupa kesanggupan, talenta yang masih terpendam. Separuh atau
lebih kurang lagi sudah digunakan, sudah diungkapkan, yang lain belum. Satu
kesanggupan manusia adalah cinta yang memerlukan pengungkapannya karena tak ada
cinta yang tak kelihatan atau bersifat a-badani.
Cinta antara pribadi membutuhkan badan sebagai jembatan atau penerjemah. Tugas
manusia adalah melatih badannya, agar bisa menerjemahkan pernyataan cinta
secara tepat dan sempurna.
BAB III
SEKSUALITAS
DARI PANDANGAN PSIKOLOGIS
Pada dasarnya pria dan wanita itu
berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan ini, bisa saja dilihat
dalam kenyataan hidup kita setiap hari, tetapi juga perbedaan-perbedaan yang
meruapakan hasil kajian dari berbagai disiplin ilmu, dari ilmu sejarah, psikologi,
psikoanalisa maupun dari sudut antropologi manusia.
Catatan yang
pelu dipahami adalah; perbedaan-perbedaan tersebut bukannya merupakan peluang
bagi kita untuk saling memojokan, tetapi merupakan sarana yang membantu kita
untuk saling melengkapi.
3.1. KENYATAAN ADANYA SIFAT-SIFAT KHAS PRIA DAN WANITA
.
Untuk merusmuskan perbedaan psikis
pria dan wanita, tidaklah mudah, karena dewasa ini dengan munculnya kritikan
yang dilancarkan oleh kaum feminis, yang sangat tegas menolak perbedaan yang
dikategorikan sebagai yang lazim.
Walaupun
demikian, perbedaan ini tetap dilihat untuk membantu kita membuat sebuah
kajian. Bisa dilihat:
PRIA
|
WANITA
|
v Lebih rational
v Daya tahan kurang
v Kurang sabar
v Lebih agresif
v Berani
v Berinisiatif
v Memilih pekerjaan kasar
|
v Lebih emosional dan intuitif
v Daya tahan besar
v Sabar
v Pasip dan menerima
v Malu-malu
v Bersifat menjaga dan memelihara
v Pekerjaan halus
|
Selain beberapa sifat yang telah
disebutkan di atas, masih bisa ditambah lagi beberapa sifat yang dirasa pas
sesuai dengan penagalaman hidup harian kita. Bisa juga dibandingkan dengan
lingkungan perfileman atau dalam reklame.
3.2. BEBERAPA
PENYELIDIKAN ILMIAH MENGENAI KEKHASAN SIFAT-SIFAT TERSEBUT.
3.2.1. Data-data Sejarah:
Sepanjang sejarah manusia, beberapa
sifat khas pria dan wanita yang banyak kali disebut-sebut: antara lain:
Ø Wanita menjadi alasan adanya karya tebusan
Ø Wanita adalah pokok dosa yang mencelakakan laki-laki
Ø Wanita itu setia dan laki-laki tidak setia.
Ø Wanita itu jujur dan laki-laki penipu
Ø Wanita itu halus dan laki-laki kasar
Perbedaan-perbedaan yang disinyalir dalam sejarah ini, umumnya lebih
didasari pada prasangka-prasangka, baik positip maupun negatip. Beberapa tokoh
dlam sejarah, yang memiliki pandangan baik positip maupun negatip tentang
kekhasan sifat-sifat pria dan wanita.
Berikut ini beberapa pandangan yang bersifat negatip tentang wanita:
ü
ARISTOTELES: Mengatakan; wanita lebih rendah derajatya
dari laki-laki, karena bersifat pasif.
ü
PLATO: Merasa bersyukur karena
ia bukan budak dan bukan juga wanita. Menurut Plato, laki-laki yang bersifat
penakut, pasti akan dilahirkan kembali sebagai wanita.
ü
VIKTOR HUGO: Mengatakan bahwa
wanita adalah setan yang sedikit lebih disempurnakan
ü
St. THOMAS; Mengatakan; bahwa
Kristus penebus telah menjadi manusia dengan mengambil jenis kelamin laki-laki,
karena jenis kelamin laki-laki adalah yang lebih mulia dari pada wanita.
Pandangan yang positip
tentang wanita:
v Dari kalangan penyair, mislanya dari abad pertenghan, golongan
Troubadour, yang mengagumi dan memuja-muja wanita.
v Gereja dengan ajarannya sepanjang masa, sangat membela wanita dan
pria, namun di pihak lain, banyak kali dalam prakteknya terdapat diskriminasi
sampai dengan tahap ini.
Semua pendapat ini di atas, dapat kita kategorikan ke dalam lima
kelompok sbb:
1.
Pendapat yang mengatakan bahwa
pada wanita terdapat sifat-sifat yang tak terselami (Dari kalangan penyair).
2.
Pendapat yang memandang rendah
seks wanita (Underestimation). Dari kalangan Filsafat, misalnya; kant,
schopenhauer, atau juga banyak yang terdapat dalam literatur Inggris.
3.
Pendapat yang berlebih-lebihan
menghargai wanita (Overestimation). Khususnya dari abad pertengahan dan jaman
romantik.
4.
Kaum Feminis yakni golongan
yang senantiasa memperjuangkan hak-hak wanita namun tidak tergolong dalam
overestimation. Golongan ini timbul
sebagai reaksi terhadap pandangan yang merendahkan harkat dan martabat kaum
wanita.
5.
Pendapat yang mengakui adanya
perbedaan sifat antara pria dan wanita sekaligus pula sebagai kesamaan derajat
mereka.
3.2. 2. PENYELIDIKAN PSIKOLOGIS:
Ilmu Psikologi menunjukkan perbedaan
sifat dan reaksi antara laki-laki dan perempuan, dengan mengadakan test
Psikologis pada beberapa bidang tertentu.
Misalnya:
a)
Dalam bidang MOTORIK atau
gerak-gerik:
Contoh; gerakan melempar pada pria, berbeda dengan gerakan melempar
pada wanita, atau juga gerakan menangkap pada pria berbeda dengan gerakan
menangkap pada wanita.
b)
Dalam bidang ITELIGENSI (IQ):
Hal ini bisa
dilihat dalam kenyataan seperti ini: wanita mempunyai daya ingatan yang jauh
lebih kuat dari pria, dan pria mempunyai daya hitung yang jauh lebih kuat dari
wanita.
c)
Dalam bidang kemampuan VERBAL;
Wanita lebih cepat untuk memulai berbicara ketimbang
pria.
d)
Dalam bidang EMOSI:
Beberapa contoh:
v wanita lebih cepat menunjukkan emosi dari pada pria
v Wanita lebih cepat meunjukkan rasa cinta, benci, malu dsb dan cepat
pula menunjukkan rasa humor atau lucu.
Penilaian:
Ø Hendaknya perlu diperhatikan bahwa; apa yang disebut dengan
sifat-sifat khas pria dan wanita; paling sedikit bergantung pada keadaan;
kebudayaan, kondisi ekonomi-sosial, adat dlsbg
Ø Di satu sisi, penyelidikan ini dapat dipertanggungjawabkan karya
penyelidikan psikologis tersebut. Dan karya ini dapat mencerminkan sedikit jiwa
dan kepribadian kedua jenis makhluk yang diselidiki.
Ø Dari pihak lain, hasil test psikologi dalam bentuk angka tidak bisa
mengungkapkan rahasia pria dan wanita. Karena itu, test Psikologipun tidak bisa
mengungkapkan rahasia pria dan wanita.
3.2.3. PENYELIDIKAN PSIKOANALISA:
Dalam abad XX, aliran psikoanalisa
berkembang dalam beberapa aliran; di bawah pengaruh: FREUD, KARL YOUNG, ALDER.
Karya
psikoanalisa adalah:
“Menjelaskan
aspek-aspek tingkahlaku manusia yang kelihatan, yang bertitik tolak dari
penyelidikan lapisan bawah sadar (Sub-conscientia) pada individu manusia”
Tiap-tiap aliran
menganalisa tingkah laku manusia dari sudut pandangan tertentu mengenai lapisan
bawah sadar tersebut.
Freud misalnya: mengnalisa tingkah laku manusia dari
seks dan dorongan-dorongannya, yang katanya meruapakan dasar terdalam yang
terpendam dalam lapisan bawah sadar
manusia.
Walaupn demikian; masih saja
terdapat kepncangan dalam aliran psikoanalisa ini: antara lain:
- Psikoanalisa bekerja dengan
sistem-sistem yang terbatas dan sepihak.
- Psikoanalisa bekerja dengan
prasangka-prasangka.
- Psikoanalisa bekerja dalam situasi
klinis, yang dapat dikatakan sebagai abnormal. Obyek peyelidkannya adalah
manusia yang sakit jiwa. Situasi abnormal inilah yang akan mempengaruhi
premisa-premisa dan kesimpulan-kesimpulan yang akan dibuatnya.
3.2.4. PENYELIDIKAN ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN:
Cabang ilmu pengetahuan ini
menyelidiki pula bidang kehidupan seksual dalam struktur sosial manusia dalam
konteks kebudayaan suatu bangsa (Etnis) tertentu. Hasil penyelidikan ilmu ini
menyimpulkan:
1.
Setiap suku (bangsa) mempunyai
ciri tingkah laku kepriaan dan kewanitaan yang khas, walaupun dimana-mana orang
bertindak melawan perbedaan tersebut.
2.
Lingkungan sosial dan budaya
suatu bangsa, merupakan medan perealisasian terbinanya sifat-sifat kepriaan dan
kewanitaan.
BAB V
PANDANGAN KITAB SUCI
TENTANG SEKSUALITAS
5.1. PENDAHULUAN:
Kitab Suci; baik Perjanjian Lama
maupun Baru, tidak membahas secara khusus tentang seksualitas manusia; karena
memang bukan untuk itulah maksud dan tujuan
Kitab Suci.
Kitab Suci
bermaksud membeberkan relasi timbal balik anatara Allah dan Manusia (Pria dan
Wanita) dalam bentuk dialog, dalam mana Allah menyampaikan kepada manusia
undanganNya untuk menyelamatkan manusia dan menanti jawaban manusia atas
undangan Allah tersebut. Manusia yang dibicarakan dalam Kitab Suci adalah
manusia yang konkret, pria dan wanita, dengan segala masalah hidupnya menurut
tempat dan zamannya.
5.2. PANDANGAN KS PERJANJIAN LAMA TENTANG SEKSUALITAS:
5.2.1. Penciptaan Manusia Sebagai Pria dan Wanita
Menurut Gambaran Allah (Kej; 1:26-27).
-.
Membaca teks ini secara bersama
-. Minta
tanggapan audiens: Apa komentar kita tentang bacaan ini, atau juga bagaimana apreasi kita terhadap bacaan
ini?
Karya penciptaan manusia mencapai puncaknya
dalam penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia dengan seksualitasnya; pria
dan wanita; untuk menjadi gambaranNya. Dengan kata lain; seksualitas manusia
yang pria dan wanita itu; diperlukan untuk memperkembangkan diri semakin mirip
menjadi gambaran Allah. (Bisa saja dipancing diskusi; apakah allah itu pria dan
wanita?). Pria dan wanita itu saling melengkapi sehingga menjadi gamabaran
Allah.
Seksualitas manusia yang demikian itu pada awalnya baik. Allah
sendiri puas dengan ciptaanNya, sehingga Allah melihat: sungguh amat baik, yang
semakin (Kej 1:31). Manusia yang berada
dalam kondisi seksual adalah sungguh amat baik sebab berorientasi pada hidup
yang subur, yang semakin berkembang menjadi gambaran Allah sendiri.
Dalam kisah penciptaan ini, kesamaan martabat pria dan wanita;
kedua-duanya disebut sebagai species “Manusia”. Paham manusia yang utuh tidak
hanya terdapat pada pria tetapi juga pada wanita.
Kisah penciptaan manusia sebagai pria dan wanita, dapat dipandang
sebagai hasil suatu proses pemikiran teologis yang dilakukan oleh Israel dalam
pengalamannya akan Tuhan dengan menengok kembali kepada asal mulanya dalam
penciptaan.
5.2.2. Penciptaan Wanita dan Kesatuan Pria-Wanita:
5.2.2.1. Penciptaan Wanita:
a.
Pernyataan Allah: “Tidak baik
kalau manusia itu hidup seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong yang
sepadan dengannya” (Kej 2:18). Perhatian pencipta akan ciptaannya rupanya belum
cukup. Lingkungan hidup manusia (Kej 2:8-17) yang mula-mula tampaknya ideal,
ternyata tidak sempurna, sepi dan tiada teman. “Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia”. Keputusan ini dilukiskan dalam dua adegan;
penciptaan dan pemberian nama binatang-binatang (Kej 2:19-20) dan penciptaan
wanita (Kej 2:21-23).
b.
Penciptaan wanita merupakan
kontras terhadap penciptaan binatang dan lebih ruwet, dengan penuh simbolik:
v Tidur Nyenyaknya Adam: berarti bahwa
karya Allah penciptaan merupakan rahasiah bagi manusia.
v Tulang Rusuk: Pertanyaan kita;
mengapa ketikan Tuhan menciptakan wanita; tidak diambilnyalah tanah liat
seperti pada saat Tuhan menciptakan yang lainnya? Hal ini terjadi untuk
menunjukkan: bahwa Wanitalah meruapakan penolong yang sepadan untuk pria. Dari
tulang rusuk berarti; berasal dari species yang sama, dari keturunan yang sama,
masih sedarah.
v “Inilah dia tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku”. Tuhan sendiri yang menhantar wanita itu
kepada si pria yang menyambutnya dengan sukaria, dengan salam sebagai ungkapan
persaudaraan. Akhirnya manusia pria menjumpai penolong yang sepadan.
v Isch-ischya. “Ia akan
dinamai perempuan (Ischya), sebab ia diambil dari laki-laki (Isch). Permainan kata ini menunjukkan asal Ischa (Wanita) dari Isch (Pria)
dalam terjemahan hilang, dapat menjelaskan penciptaan dari tulang rusuk dan
mempunyai arti yang lebih dalam; hubungan pria dan wanita yang saling
dijodohkan itu bukan hasil dari sebuah kebetulan, melainkan bedasarkan tata
penciptaan.
v Dalam pertemuan dengan wanita (ischya), manusia (Ha adam) mengenal
dan mewujudkan dirinya sebagai pria (Isch). Dalam pertemuan dengan wanita, pria
mengenal dirinya sebagai pria dan wanita mengenal dirinya sebagai wanita.
5.2.2.2. Kesatuan Pria dan Wanita (Gagasan satu
daging:Kej 2:24):
Komentar pencerita; “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging”. Pengaruh teks yang menggagas tentang kesatuan pria
dan wanita menjadi satu daging ini, berdampak luas.
Bdk Teks: Mat 19:5; Mrk 10:8; Ef
5:31; I Kor 7:10-11.
Ø Teks ini menunjukkan daya tarik pria dan wanita; diterangkan dengan
penciptaan istimewah wanita. Pria terdorong kembali kepada wanita, yang adalah
sebagian dari dirinya. Ia bersedia meninggalkan orang-orang yang dikasihnya
untuk bersatu dengan wanita.
Ø Gagasan “Satu daging” atau “Basar Ekhad”, mencakup tiga unsur:
yaitu:
o
Gagasan hubungan darah,
o
Persekutuan Hidup,
o
Wanita sebagai pelengkap pria
Jadi, gagasan satu daging bersifat antropologis; artinya bukan hanya
jasmani,
melainkan juga personal, sehati-sejiwa, satu nilai yang begitu tinggi sehingga
pria berani melepaskan orangtuanya untuk membentuk persekutuan hidup baru
dengan isterinya.
5.2.2.3. Kesimpulan:
Dalam Kej 1, lebih dinyatakan bahwa
perbedaan kelamin itu Konstitutif untuk manusia, artinya: Dikehendaki Pencipta.
Dalam kejadian 2, juga dijelaskan arti perbedaan kelamin itu. Mungkin beberapa
gagasan dapat diringkas dan disimpulakan sbb:
Yayasan Persekolahan Umat Katolik Keuskupan Larantuka
SMAK ST. DARIUS LARANTUKA
UJIAN SEMESTER GENAP
Mata
Pelajaran ; Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : XI
Hari/Tanggal : Senin, 9 Juni 2008
Waktu : 90 Menit.
KERJAKAN SEMUA SOAL DI BAWAH INI: (Jawablah dengan
singkat, paat dan jelas).
1.
Hal-hal mendasar dalam Hubungan
Internasional:
a)
Pengertian Hubungan
Internasional
b)
Sebut dan jelaskan asas-asas
Hubungan Internasional
c)
Pentingnya Hubungan
Internasional
2. Perwakilan dalam hubungan antarnegara:
a)
Jelaskan alur pengangkatan
perwakilan diplomatik
b)
Anda ditunjuk oleh Presiden RI;
Susilo Bambang Yudohono menjadi Diplomat di negara Amerika Serikat. Sebagai
seorang Diplomat, apa yang harus anda lakukan?
c)
Sebut dan jelaskan perangkat
perwakilan Diplomatik
d)
Jelaskan PERBANDINGAN
(Persamaan dan Perbedaan) Perwakilan Diplomatik dan perwakilan Konsuler
3. Perjanjian Internasional;
a)
Pengertian Perjanjian
Internasional.
b)
Buatlah penggolongan perjanjian
internasional.
c)
Jelaskan proses atau tahapan
terlaksananya perjanjian Internasional
d)
Sebut, jelaskan dan berikan contoh Jenis-jenis
Perjanjian Internasional.
4. Jelaskan istilah-istilah berikut ini:
a)
Politik luar negri “bebas –
aktif”
b)
Treaty
c)
Convention
d)
Declaration
e)
General Act
f)
Convenant.
= Selamat bekerja, semoga
sukses =