Jumat, 11 Mei 2012

PEMIMPIN BUSUK VS PEMIMPIN BERKUALITAS


Dalam hidup, kita pernah dan sering dituntut untuk berperan sebagai pemimpin: sebagai anak tertua di keluarga, kepala rumah tangga, ketua angkatan di sekolah, ketua senat, pemimpin sebuah bidang/departemen/unit/kelompok kerja di tempat kerja, ketua kumpulan keluarga, pemimpin paduan suara, ataupun pemimpin dalam sebuah organisasi sosial.
Dalam melakukan peran kita sebagai seorang pe-mimpin, pastilah kita tidak ingin menjadi seorang pemimpin busuk, me-lainkan pemimpin yang berkualitas. Caranya? Kita bisa bercermin pada para pemimpin di sekitar kita yang pernah dan sedang memimpin kita, serta yang telah memberikan pengaruh besar pada kita. Kitapun bisa mengamati para pemimpin dunia yang telah membuktikan kualitas kepemimpinannya. Memang ba-nyak yang bisa digali dari pembahasan mengenai kepemimpinan, tapi mungkin yang berikut ini menarik juga untuk disimak, selain untuk bercermin guna meningkatkan kualitas kepemimpinan dalam diri kita sendiri, juga untuk memilih pemimpin mana yang perlu kita pilih dan teladani. Setiap orang bisa saja mengaku dirinya pemimpin. Setiap orang yang menduduki jabatan tertentu juga bisa berkata bahwa ia adalah seorang pe-mimpin. Tetapi yang menentukan kualitas seorang pemimpin, bukanlah apa yang ia ucapkan semata, melainkan terlebih lagi adalah apa yang di-katakan orang lain tentang dirinya. Kualitas seorang pemimpin juga tidak ditentukan oleh jabatan yang dipegangnya, tetapi terlebih lagi adalah oleh tindakan, sikap dan kebiasaan yang ditunjukkannya. Singkatnya, seorang pemimpin berkualitas adalah orang yang tepat untuk diajak berdialog/berbagai rasa, tepat untuk didengarkan, tepat untuk dipercaya, tepat untuk diteladani dan tepat untuk diikuti. Orang yang tepat untuk diajak berdialog/berbagai rasa. Seorang pemimpin yang berkualitas adalah sosok yang mampu membuat orang lain merasa “besar” dan “berkualitas” ketika bertukar pikiran dengannya, begitu yang dikatakan orang bijak. Untuk itu, pemimpin perlu menumbuhkan dan mengasah ketrampilan untuk mendengarkan dengan aktif, mendengarkan dengan penuh perhatian dan dengan tujuan untuk membantu lawan bicara menemukan jawaban, solusi, pengakuan, apresiasi yang diperlukan.
MAMPU MENDENGAR
Pemimpin berkualitas mampu mendengarkan masukan, komentar, dan keluhan orang-orang yang dipimpinnya dengan tulus, sehingga, sang pemimpin memang dirasa sebagai orang yang tepat untuk diajak berbicara dan berbagi rasa. Jadi, jika kita ingin menjadi pemimpin yang berkualitas janganlah kita cepat-cepat menginterupsi dan langsung memarahi anak buah yang datang kepada kita dengan masalah mereka. Bantulah mereka untuk menemukan solusinya. Jika mereka datang dengan sebuah pertanyaan, tolonglah mereka untuk menemukan jawabannya. Bagaimana caranya?
Misalnya: Dengarkan terlebih dahulu dengan seksama, masalah, masukan, dan pertanyaan yang disampaikan oleh anak buah. Jika perlu ajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi pemahaman terhadap apa yang diceritakan (misalnya: Bisa Anda berikan contoh? Apa yang membuat Anda sampai pada kesimpulan seperti itu? Jadi menurut Anda, apa yang terbaik untuk kita lakukan? Bagaimana kira-kira dampak dari alternatif tersebut?) . D.A Benton dalam bukunya “How to Think Like A CEO”, mengatakan bahwa pemimpin bisa saja memberikan jawaban, solusi, dan usulan, namun dalam melakukan hal tersebut hendaknya tidak terlalu cepat dalam “mengklaim” kepemilikan atas usulan, solusi dan jawaban yang diberikan.
Sebaliknya, ia harus bisa memotivasi, mendorong orang lain untuk menemukan jawaban yang dicari. Dengan demikian ide yang muncul, ataupun jawaban yang ditemukan bukanlah hasil “suapan” sang pemimpin, tetapi seolah-olah diperoleh dari proses pencarian anak buah (dengan bantuan sang pemimpin). Memang akan lebih mudah bila pemimpin “menyuapkan” solusi kepada anak buah, tapi cara eksplorasi diri di atas, akan lebih berkesan dan lebih memberikan kepuasan dan kebanggaan kepada anak buah. Akibatnya, mereka merasa jika berdiskusi dengan sang pemimpin, mereka memperoleh banyak manfaat dan kepuasan (bukannya merasa dan terlihat semakin bodoh).

MEMILIH KATA
Orang yang tepat untuk didengarkan. Selain ketrampilan mendengarkan, seorang pemimpin hendaknya juga mampu berkomunikasi dengan efektif sehingga orang lain mudah menangkap apa yang disampaikan dan merasa bahwa yang disampaikan tersebut bermanfaat untuk mereka. Untuk menjadi orang yang tepat untuk didengarkan, seorang pemimpin perlu memilih kata-kata yang tepat yang dapat memberikan dan menambah nilai bagi orang yang mendengarkannya, bukannya kata-kata yang sia-sia, dan semata-mata memberikan kritik yang menyakitkan serta merendahkan orang lain. Kata-kata yang menambah nilai biasanya adalah kata-kata yang diucapkan dengan tulus. Ucapan sepert ini akan menyejukkan hati dan memberi solusi. Jadi, jika sekiranya kita tidak mempunyai kata-kata yang dapat “menambah nilai” bagi orang lain, sebaiknya kita menahan diri dulu dan berpikir lebih jauh sampai kita dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Untuk mengucapkan kata-kata bermakna, seorang pemimpin perlu mengenal orang-orang yang dipimpinnya dengan baik (kekuatan dan kelemahan mereka, kemampuan dan keterbatasan mereka, kesenangan dan kebutuhan mereka), sehingga bisa berbicara dengan bahasa yang sama yang bisa dimengerti dengan baik.
Misalnya: nilai yang diberikan melalui kata-kata sang pemimpin, bisa saja berupa pujian, apresiasi terhadap prestasi anak buah, dan ucapan terima kasih bagi bantuan yang telah mereka berikan. Selain itu, kata-kata bermakna bisa berupa komentar ataupun pandangan yang dapat memperluas wawasan, nasehat yang bermanfaat, usulan perbaikan, dan alternatif pilihan. Nilai yang ditambahkan melalui kata-kata dapat pula berupa motivasi, dorongan dan teladan untuk menghasilkan karya yang lebih baik, ataupun contoh-contoh yang mudah dimengerti, solusi dari masalah, dan jawaban dari pertanyaan. Cara lain adalah dengan memberikan masukan untuk perbaikan, kritik yang membangun, arahan untuk bangkit dari kegagalan, dan petunjuk agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

DAPAT DIPERCAYA
Orang yang tepat untuk dipercaya. Seorang pemimpin harus mampu memenangkan kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya. Untuk melakukan hal tersebut, ia terlebih dahulu harus menunjukan bahwa ia mampu menabur keyakinan pada anak buah, senantiasa bersikap jujur dan terbuka pada bawahan. Orang yang jujur dan terbuka dan penuh keyakinan akan lebih mudah memenangkan kepercayaan orang lain. Jadi, sebelum mendapatkan kepercayaan orang lain, pemimpin terlebih dahulu perlu menabur keyakinan, kejujuran dan keterbukaan pada orang lain.
Misalnya: jika perusahaan sedang menghadapi masalah, pemimpin perusahaan tidak perlu menutupinya. Seba-lik-nya, pemimpin bisa mengkomunikasikan pada anak buah, dengan tetap menunjukkan keyakinan bahwa situasi masih berada dalam kendali dan masalah bisa diatasi dengan kerja sama yang kompak dalam tim. Seorang pemimpin juga perlu memberikan kepercayaan pada anak buah untuk berprestasi.
Untuk itu, pemimpin perlu membekali anak buah dengan arahan yang jelas, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan sarana yang mereka perlukan dalam menjalankan tugas-tugas mereka dengan baik. Setelah pembekalan diberikan, anak buah perlu diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka, sementara sang pemimpin mengawasi dan memberikan dorongan yang diperlukan dari belakang.
Jika mereka terlihat mengarah pada kesalahan, beri petunjuk tambahan sehingga mereka bisa menghindari kesalahan. Tapi, jika ternyata mereka melakukan kesalahan, pastikan mereka bisa belajar dari kesalahan tersebut agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jika mereka gagal, ulurkan tangan agar mereka bisa bangkit kembali dan meneruskan pekerjaan mereka. 

MEMBERI TELADAN
Orang yang tepat untuk diteladani. Seorang pemimpin yang baik memiliki berbagai aspek yang pantas untuk diteladani, antara lain: pengetahuan, ketrampilan, wawasan, sikap, tindakan, kata-kata, dan kebiasaan. Keteladanan ini akan menumbuhkan rasa hormat dan keyakinan anak buah pada sang pemimpin. Keteladanan ini tentunya tidak bisa diraih dalam satu hari, tetapi perlu ditanamkan dan dipupuk sedikit demi sedikit, dari hari ke hari. Memang tidak ada seorangpun yang sempurna, namun setidaknya, memiliki kelebihan dibandingkan orang-orang yang dipimpinnya. Menurut Leroy Eims, seorang pemimpin selayaknya adalah seorang yang dapat melihat lebih banyak daripada apa yang dilihat orang lain; melihat lebih jauh daripada orang lain, dan melihat sebelum orang lain melihatnya. Misalnya: Ray Kroc yang membangun restoran cepat saji, McDonald, sebelum membangun bisnisnya adalah seorang salesman di bidang industri restoran. Dia telah mengunjungi banyak restoran. Dari hasil pengalamannya melihat banyak restoran, ia mampu melihat lebih jauh lagi bahwa orang-orang kantoran memerlukan layanan yang cepat karena waktu istirahat makan siangnya yang terbatas. Ketika kesempatan untuk membeli restoran burger yang dimiliki oleh McDonalds bersaudara dapat diraihnya, ia mampu melihat lebih jauh daripada kedua bersaudara pendiri restoran tersebut, yaitu: pembuatan burger ternyata bisa dilakukan dengan efisien sehingga makanan ini dapat disajikan dengan cepat guna memenuhi kebutuhan para karyawan waktu istirahat makan siangnya terbatas. Orang yang tepat untuk diikuti. Untuk bisa diikuti, seorang pemimpin perlu memiliki gambaran yang jelas tentang arah yang ditujunya (visi dan misi yang jelas). Visi dan misi perlu disosialisasikan kepada orang lain. Jika visi dan misi jelas, maka orang lain akan lebih mudah memahami, sehingga mereka lebih bersedia untuk bergabung dengan sang pemimpin untuk mewujudkan visi dan misi tersebut. Selain kejelasan mengenai visi dan misi, seorang pemimpin juga perlu menunjukan bahwa ia memiliki keyakinan kuat untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.
Dengan kedua hal ini (visi dan misi yang jelas serta keyakinan kuat untuk mencapainya) akan lebih mudah bagi seseorang pemimpin untuk membuat orang lain bersedia dipimpinnya dan dengan senang hati “mengikuti”nya kemanapun ia pergi.
Misalnya: Jika seorang pemimpin negara ingin menciptakan negara yang adil dan makmur. Kondisi “adil dan makmur” perlu dirinci lebih jauh: adil dan makmur yang bagaimana (apa ukurannya: semua rakyat mendapat perlakuan hukum yang sama, pekerjaan dengan tingkat gaji minimum yang sama?), kapan, dan bagaimana?
Salah satu contoh nyata adalah pemimpin negara tetangga yang memiliki visi agar setiap warga negaranya “melek teknologi informasi”, untuk itu ia melakukan sosialisasi terhadap visinya ini, selain itu ia juga memberikan fasilitas bagi warga negaranya untuk mengakses teknologi informasi yang diperlukan serta ketrampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan teknologi informasi tersebut, misalnya dengan memberikan kemudahan bagi warga negara untuk membeli perangkat komputer, membuka seluas-luasnya kesempatan belajar mengenai segala sesuatu yang menyangkut teknologi dimaksud. Dengan visi yang jelas dan bantuan dan kemudahan yang diberikan, wargapun mendukung dan bersedia mengikuti sang pemimpin dengan senang hati.
Banyak orang yang ingin menjadi seorang pemimpin. Banyak juga yang sedang mencari orang yang nantinya akan dipilih menjadi seorang pemimpin.
Apapun alasannya, yang perlu diingat: seorang pemimpin berkualitas selayaknya adalah orang yang pantas untuk diajak berdiskusi (karena mampu mendengarkan dengan aktif dan simpatik), pantas untuk didengarkan (karena senantiasa mengucapkan kata-kata yang dapat menambah nilai bagi para pendengarnya), pantas untuk diteladani (karena memiliki nilai lebih), dan pantas untuk diikuti (karena mereka tau benar visi dan misi yang akan mereka capai, dan memiliki keyakinan untuk mencapainya). Apakah
Anda sudah menemukan pemimpin yang berkualitas? Bisa jadi Andalah orangnya? Selamat memilih, dan selamat belajar menjadi pemimpin yang berkualitas.n